Aceh yang Menangis di Sudut Bibirmu
Sajak Idwar Anwar
katanya beribu kutuk akan datang di tempat-tempat syeitan
berpesta; di sela-sela selangkangan yang mengerang atau
penggal-penggal nafas yang memburu. tapi ternyata tidak selalu begitu!
kemarin kau ceritakan kisah serambi mekah yang bermain dengan air
menciprakkan butiran-butirannya di wajah duka, lalu kau datang kembali
dengan nafas tersengal. katamu Aceh mengejarmu bersama air
beberapa saat sebelumnya kau membisikkan di telingaku
dengan bibir bergetar. kau cerita tentang Aceh yang
bermain ayunan dengan alam; tentu aku terhenyak.
bukankah murka akan datang di lipatan-lipatan dosa yang pekat?
keesokan harinya, kau datang lagi. di mimpiku kau singkap tubuhku
lalu kau terbangkan ke Aceh; agar aku percaya, katamu
“lihat sendiri. tubuh-tubuh itu
basah dan kaku. anak-anak itu baru saja menyusu kehidupan
dari payudara ibunya. lelaki dan perempuan itu baru saja menghirup
aroma surga. di selangkangan istrinya,
beberapa lelaki meramu pagi. rambut putih milik renta
baru saja tercabut dari batok kepalanya yang kemarau. di jeruji-jeruji
besi narapidana berlomba menarik nafas terakhir. kau telah kalah.”
“kalah?”
mari kita bermain di kolong langit; adakah aku benarbenar kalah?
tapi keesokan harinya, kulihat orang-orang sibuk menghitung mayat-mayat
membongkar tumpukan bangunan-bangunan
mencari tubuh-tubuh yang baru saja dikhianati alam
tangis merajalela dan bau amis duka
menebar di langit; padahal cuaca cerah
tapi tangis berusaha membasahinya; menggiringnya digerayangi derita
(kulihat malaikat sibuk membagi-bagi air mata)
makassar, 2005
Tulisan ini telah dimuat di Harian Fajar