bersama bayang-bayang
Sajak Idwar Anwar
kelelawar berkalung emas, melipat silsilah di ketiaknyaanyir udara pagi dengan daun-daun yang masih gigil
satu persatu menghepas tanah subur beraroma bunga
di sini, di tanah yang kusimpan bau malam
seakan membawaku menelusuri pahatan kematian
di jelujur gundukan-gundukan kuburan tua
di bawah aroma kamboja yang rindang
aku tafakkur mengintai kepekatan bayang-bayang
digigil sepi yang menyerang tiba-tiba
seperti aroma malam yang beku
diam-diam kutancapkan bendi dan roda-rodanya
dan kubunuh semua yang mengantar gelisah
kota ini, dengan kelelawarnya yang risau
atau burung-burung cakkelle’ nya yang manja
aku menyulam gunung-gunung
dan membingkainya di bawah langit
soppeng, maret 2006
Pedoman Rakyat, 2 April 2006