Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

dari sebuah pantai yang pekat

Sajak Idwar Anwar

sehabis hujan yang rintik dan melarutkan dingin di setiap jengkal kulit
kita sama-sama duduk di atas bangku panjang yang basah
berselimutkan gigil beku
menanti malam luruh; menziarahi potongan-potongan hati
yang berusaha kita bagi dengan segala ikhlas
 
di kejauhan perahu-perahu nelayan merangkak malas
menuju pantai yang nampak buram
menggiring malam, bersama burung-burung yang pulang
 
di bawah atap seng reok, balaibalai
sinar lampu merkuri susah payah menangkap bayangan kita;
memaksa mencecah pesona yang kau tabur di permukaan wajahmu
membiaskan rinai yang kembali turun
bersama angin, menggeraikan rambutmu yang panjang
menyeruduk ketenangan
menggoyahkan keperkasaan yang sama-sama kita sebut sepi;
 
perlahan jas hujan kudekapkan bersama kepingan cinta
untuk menghangatkan tubuhmu yang haus
menghalau dingin yang gundah dan kacau
 
hawa bibirmu yang hangat digerayangi sunyi
menggiringku menyemai surga di kelopoknya

makassar, 14 februari 2005

(Fajar, 17 April 2005)