I La Galigo Membaca Sajak di Washington DC
Sajak Idwar Anwar
Washington DC, udara tungku yang terbakar
Situs-situs sajak I La Galigo menerawang
dari ale Luwu dengan arakan Bissu
di kepekatan hutannya yang membisu
bersama detik-detik, waktu merayap mencecah
langit Washington terbakar, asap tebal mengoyak
kepongahan nafsu penguasa runtuh; berkeping
bersama sajak-sajak I La Galigo yang geram
I La Galigo, terpaku
sang putra Sawerigading, duka?
bukan! ada cinta terpahat di bibirnya
setitik duka di kedalaman rindu
bah air mata, debu yang membuncah
jerit burung-burung gereja melengking di langit
ada rindu yang terpanggang, rindu Sawerigading
ada duka merentas, duka Sawerigading
I La Galigo mematung. rambutnya terurai angin senja
“Ayaku, Sawerigading dulu pernah ke sini. Ya, ke sini.
di tempat ini, ayahku menitipkan angannya tentang dunia,
tentang ale Luwu yang damai.”
Liberty yang tersenyum
I La Galigo, beku. hening…. pecah
Sajak-sajak I La Galigo menerjang atmosfir Washington DC
asap tebal semakin menjuntai di langitnya,
erangan menerjang selaksa perih
(tak mampu, sajak tak mampu berbuat apa-apa. ini dunia modern
dunia dengan kekejaman berlabel ekspor impor)
Liberty yang tersenyum; membasuh luka mayat-mayat berjatuhan
menyaksikan I La Galigo membacakan sajak-sajaknya dari ale Luwu
ditemani para Bissu dengan wajah bulan memar
makassar, juli 2002
Tulisan ini telah dimuat di Harian Fajar