Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

tentang sajak yang kuselip di bibirmu

Sajak Idwar Anwar


di altar yang beku

kupu-kupu bertengger dalam bayang-bayang senja

menabur jeritnya di belantara tangisku,

musim payah

bercerita tentang langit muram berselimut pekat

 

di sini masih tersisa cerita,

tentang sajak yang kuselipkan di kelopak bibirmu

ketika kereta senja

mengantar jasadmu dalam kerandaku

 

sebuah gerbong dengan ceritanya yang pahit

orang-orang berlalulalang

tanpa peduli pada sajak-sajakku

yang berdiri kaku di setiap pintu masuk kereta

mereka menubruknya; meninjak; meludahi

 

sajak-sajakku dianiaya, tercampakkan

jeritku memenjarakan kegetiran

air mata mengalir di rel-rel kereta

membasahi kerontang yang kau tinggalkan

 

di peron-peron kereta yang kau singgahi

di tumpukan kereta yang mengantarmu

kupahat sajak-sajakku,

sebagai tanda perkabunganku

 

makassar, oktober 2002

  Tulisan ini telah dimuat di Harian Fajar