Perpustakaan Umum Gowa Gelar Program Baca Puisi, Kamis Puitis
Kamis Puitis menjadi salah satu program menarik yang dilaksanakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Gowa. Kamis Puitis, yang merupakan program inovasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Gowa ini berisi acara pembacaan puisi yang dilaksanakan setiap hari Kamis di Gedung Layanan Perpustakaan Umum Kabupaten Gowa.
Dalam acara Kamis Puitis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Gowa ini, tampil perdana Rusdin Tompo, pegiat literasi dari Komunitas Puisi (KoPi Makassar) tampil perdana. Dalam gelaran acara yang diadakan Kamis, 9 Maret 2023, mulai pukul 15.00-16.00 wita itu diikuti sejumlah peserta, termasuk para pengunjung di Gedung Layanan Perpustakaan Umum Kabupaten Gowa.
Gedung Layanan Perpustakaan Umum Kabupaten Gowa ini rata-rata dalam sehari berjumlah 250-300an. Gedung ini berada di Jalan Masjid Raya No. 36 Sungguminasa. Pengunjungnya yang dibuka Senin-Jumat. Sabtu dan Minggu tutup.
Suguhan Kamis Puitis ini, merupakan ruang yang diberikan DPK Kabupaten Gowa bagi tumbuhnya kreativitas dan semangat menulis generasi muda di daerah ini. Karen itu, gegitu dihubungi Irfan Latief, pustakawan di DPK Kabupaten Gowa, menurut Rusdin yang Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan ini langsung menyatakan kesanggupannya. Rusdin memang selalu mendorong kegiatan literasi, khususnya pembacaan puisi oleh siapa saja dan di mana saja.Sebelum membaca puisi, Rusdin bercerita tentang dua buku kumpulan puisi yang ada di tangannya. Dua buku karyanya itu sengaja dibawa dari rumah. Pertama, "Tuhan Tak Sedang Iseng", yang merupakan buku kumpulan puisi pertamanya, terbit tahun 2014. Kedua, "Mantra Cinta", buku kumpulan puisi yang terbit tahun 2016.
"Aku Ingin Melamarmu dengan Kelelakianku" menjadi puisi karya Rusdin Tompo yang pertama dibacanya. Menurutnya, puisi ini merupakan kritik atas mahalnya uang panaik.
Pernyataan Rusdin pun disambut tepuk tangan pengunjung perpustakaan, yang kebanyakan dari kalangan pelajar SMA dan mahasiswa.
Rusdin juga membaca puisi berjudul "Jodoh", yang dianggap related dengan audiens kalangan muda yang hadir.
Irfan Latief sebagai pemandu acara Kamis Puitis, juga mengundang Fadli Andi Natsif. Doktor Ilmu Hukum yang mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Doktor yang mengaku bukan penyair, tapi menyukai dunia sastra. Bergaul dengan para sastrawan dan seniman membuatnya berani tampil membaca puisi.
"Panggil Aku Daeng", karya Rusdin Tompo, menjadi puisi pilihan yang dibaca hari itu oleh Fadli Andi Natsif. Sebelumnya, ia mengungkapkan bahwa dia sudah beberapa kali membaca puisi yang mengusung semangat mengedepankan jati diri sebagai orang Sulawesi Selatan itu.
Dalam acara Kamis Puitis ini, para penampil baca puisi di Kamis Puitis ini, ada yang terlebih dahulu melakukan registrasi, tapi ada juga yang mendaftar saat acara berlangsung. Beberapa pembaca puisi membacakan karyanya sendiri.
Karena itu, Irfan Latief, berharap puisi-puisi itu nanti dibukukan menjadi antologi puisi. "Kami berharap semoga puisi-puisi ini nantinya dapat diterbitkan menjadi sebuah buku antologi puisi."
Beberapa orang yang tampil baca puisi pada edisi perdana ini adalah Asris, seorang mahasiswi, yang membacakan puisi berjudul "Cinta Perempuan yang Tak Sempurna". Puisi ini, kata Asris, relevan dengan Hari Perempuan Internasional, yang diperingati kemarin (8 Maret 2023). Juga tampil Akifah, seorang murid SD yang membacakan puisinya "Buku".
Selain itu, tampil pula Ira dan Wiwit, yang membaca puisi secara berantai. Kedua mahasiswa ini membaca puisi berjudul "Sungguh Malang Nasib Rakyat Biasa".
Nurwahdaniah, yang membacakan karyanya "Setia dalam Barisan atau Pemain Tergantikan", Nindi, juga murid SD, tampil dengan puisi "Guruku Pahlawanku", serta Nurazima dengan puisi karya sendiri berjudul "Keadilan yang Hilang".
Pelaksanakan acara Kamis Puitis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Gowa ini terbilang menarik. Hal ini dikarenakan para pembaca puisi tampil di depan pemustaka, yang semula tengah melakukan aktivitas membaca, mengerjakan tugas atau sekadar berselancar di dunia maya.
Meski demikian, para pemustaka terlihat nyaman berada dalam ruangan perpustakaan dengan tempat duduk bertingkat-tingkat itu. Sembari melakukan aktivitasnya, mereka juga menikmati pembacaan puisi, dengan sesekali memfoto dan memvideokan para penampil. (ril)