Gibran, Generasi Milenial dan Pertarungan Cawapres 2024
AKANKAH Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden RI yang pertama dari generasi milenial?
Generasi milenial dan generasi Z segera menjadi mayoritas jumlah pemilih di Indonesia. Pada waktunya, lahir pemimpin nasional dari generasi ini.
Generasi milenial adalah untuk mereka yang lahir setelah tahun 1981. Kini usia mereka 42 tahun ke bawah.
Sedangkan generasi Z itu bagi warga yang lahir setelah tahun 2012. Usia mereka 21 tahun ke bawah. Untuk kepentingan pemilu, yang disertakan dalam riset ini hanya mereka yang sudah punya hak memilih – 17 tahun ke atas.
Di tahun 2023, generasi milenial ditambah generasi Z yang sudah punya hak pilih, jumlah mereka sudah sangat signifikan:𝟰𝟳.𝟳 𝗽𝗲𝗿𝘀𝗲𝗻 !
Di antara semua nama cawapres yang beredar, Gibran Rakabuming Raka satu satunya wakil dari generasi milenial. Di tahun ini juga, tingkat pengenalan dan kesukaan Gibran sudah sangat tinggi.
Per data Juli 2023, jika Gibran menjadi cawapres Prabowo, pasangan ini sudah melampaui pasangan Ganjar Pranowo - Sandiaga Uno dan Anies Baswedan - Agus Harimurti.
Tapi memang, data bulan Juli 2023, siapapun cawapres Prabowo Subianto di antara Gibran Rakabuming Raka, Erick Thohir, Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar, elektabilitas pasangan ini masih berada di atas pasangan lain.
Demikian salah satu temuan penting dari rilis riset LSI Denny JA kali. LSI Denny JA melakukan survei tatap muka (𝘧𝘢𝘤𝘦-𝘵𝘰-𝘧𝘢𝘤𝘦 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘷𝘪𝘦𝘸) dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1.200 responden, 𝘮𝘢𝘳𝘨𝘪𝘯 𝘰𝘧 𝘦𝘳𝘳𝘰𝘳 survei ini sebesar 2.9%. Survei dilakukan pada tanggal 3 - 15 Juli 2023.
Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, 𝘪𝘯-𝘥𝘦𝘱𝘵𝘩 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘷𝘪𝘦𝘸, 𝘦𝘹𝘱𝘦𝘳𝘵 𝘫𝘶𝘥𝘨𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵, dan 𝘧𝘰𝘤𝘶𝘴 𝘨𝘳𝘰𝘶𝘱 𝘥𝘪𝘴𝘤𝘶𝘴𝘴𝘪𝘰𝘯.
𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝟭: 𝗖𝗮𝗽𝗿𝗲𝘀
𝗦𝗶𝗺𝘂𝗹𝗮𝘀𝗶 𝗧𝗶𝗴𝗮 𝗖𝗮𝗽𝗿𝗲𝘀
Jika pemilu presiden hari ini, siapakah yang akan dipilih di antara Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan?
Prabowo masih memperoleh dukungan tertinggi, dengan elektabilitas sebesar 38.2%. Di urutan kedua Ganjar Pranowo dengan elektabilitas sebesar 35.3%. Di urutan ketiga Anies Baswedan dengan elektabilitas sebesar 18.4%. Sebesar 8.1% menyatakan belum memutuskan, rahasia, tidak tahu atau tidak menjawab.
Dari tracking survei tahun 2023 bulan Januari, Mei, Juni, Juli bisa terlihat tren elektabilitas tiga capres.
Elektabilitas 𝙋𝙧𝙖𝙗𝙤𝙬𝙤 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙣𝙟𝙖𝙠. 𝙂𝙖𝙣𝙟𝙖𝙧 𝙩𝙪𝙧𝙪𝙣 𝙣𝙖𝙞𝙠. 𝘼𝙣𝙞𝙚𝙨 𝙨𝙩𝙖𝙜𝙣𝙖𝙣, 𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙘𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧𝙪𝙣𝙜 𝙩𝙪𝙧𝙪𝙣.
Bulan Januari 2023, elektabilitas Prabowo 25.4.5%.
Bulan Mei naik menjadi 33.9%.
Bulan Juni naik kembali menjadi 34.3%, dan bulan Juli juga naik menjadi 38.2%.
Elektabilitas Ganjar pada bulan Januari 2023 sebesar 37.8%.
Bulan Mei turun menjadi 31.9%.
Bulan Juni berhasil rebound menjadi 32.7%.
Bulan Juli naik menjadi 35.3%.
Data menunjukan meskipun mampu rebound, elektabilitas Ganjar per Juli 2023 belum bisa melampaui angka dukungan di Januari 2023.
Bagaimana dengan Anies? Elektabilitas Anies pada bulan Januari 2023 sebesar 22.1%.
Bulan Mei turun menjadi 20.8%. Bulan Juni naik menjadi 22.1%.
Per Juli, elektabilitas Anies sebesar 18.4%.
Elektabilitas Anies per Juli 2023, masih lebih kecil dibanding dengan elektabilitas di Januari di tahun yang sama.
𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝟮
𝗦𝗶𝗺𝘂𝗹𝗮𝘀𝗶 𝗖𝗮𝘄𝗮𝗽𝗿𝗲𝘀
Diasumsikan Ganjar berdampingan dengan Sandi. Anies berpasangan dengan AHY. Lalu dua pasangan ini berhadapan dengan Prabowo, yang disimulasikan pasangan cawapresnya berganti-ganti, mulai dari Gibran, Erick, Airlangga, dan Muhaimin. Bagaimana hasilnya?
Simulasi tiga pasang capres: Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka tertinggi dibandingkan Ganjar Pranowo – Sandiaga Uno, dan Anies Baswedan – Agus Harimurti Yudhoyono.
Prabowo – Gibran dipilih oleh 38.8%.
Ganjar – Sandi dipilih oleh 33.1%.
Anies – AHY dipilih oleh 16.4%
Simulasi Prabowo berpasangan dengan Erick Thohir, tetap paling unggul dibanding Ganjar– Sandi dan Anies – AHY.
Prabowo – Erick dipilih oleh 38.9%.
Ganjar – Sandi dipilih oleh 34.4%.
Anies – AHY dipilih oleh 15.8%.
Jika Prabowo berpasangan dengan Airlangga Hartarto, pasangan ini juga masih paling unggul dibanding Ganjar – Sandi dan Anies – AHY.
Prabowo – Airlangga dipilih 37.5%.
Ganjar – Sandi dipilih oleh 35.9%.
Anies – AHY dipilih oleh 20.2%
Simulasi Prabowo berpasangan dengan Muhaimin Iskandar menempatkan pasangan ini unggul tipis dibanding dengan Ganjar – Sandi. Selisih keunggulannya sebesar 0.3%.
Prabowo – Muhaimin dipilih oleh 36.5%.
Ganjar – Sandi dipilih oleh 36.2%.
Anies – AHY dipilih sebesar 20.5%.
Posisi elektabilitas Prabowo Subianto sudah cukup tinggi sebagai capres. Siapapun yang menjadi wakil presidennya, tidak lagi terlalu menjadi faktor penentu kemenangan.
Dari simulasi empat nama di atas, baik dipasangkan dengan Gibran, Erick, Airlangga atau Muhaimin, pasangan Prabowo masih memimpin.
Data ini sendiri memberi petunjuk kuat. Siapapun cawapres yang akan dipilih Prabowo, bukan lagi elektabilitas cawapres sebagai penentu utama.
Yang akan dipilih Prabowo adalah hal yang lain di luar elektabilitas.
𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝟯
𝗗𝗶𝘀𝘁𝗿𝗶𝗯𝘂𝘀𝗶 𝗦𝗶𝗺𝘂𝗹𝗮𝘀𝗶 𝗧𝗶𝗴𝗮 𝗣𝗮𝘀𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗖𝗮𝗽𝗿𝗲𝘀 – 𝗖𝗮𝘄𝗮𝗽𝗿𝗲𝘀
Di bawah ini, kita simulasikan jika yang bertarung tiga pasang: Prabowo - Gibran, Ganjar - Sandi, dan Anies - AHY. Bagaimana menang dan kalah pasangan ini di antara segmen pemilih.
Dilihat dari segmen pendidikan, publik dengan pendidikan SD, SMP, dan SMA paling banyak memilih Prabowo - Gibran. Untuk tingkat SD, misalnya, pemilih Prabowo - Gibran: 42.7 persen. Sedangkan yang memilih Ganjar - Sandi 31.9 persen, Anies - AHY 14.0 persen.
Sedangkan pemilih dengan pendidikan D3 keatas paling banyak memilih Ganjar – Sandi, yakni: 33.9 persen. Yang memilih Prabowo - Gibran: 29.0 persen. Yang memilih Anies - AHY: 24.2 persen.
Dari sisi ekonomi (pendapatan), masyarakat dengan pendapatan Rp 2 juta/bulan kebawah paling banyak memilih Prabowo – Gibran. Mereka dipilih oleh 42.3 persen. Ganjar- Sandi: 28.6 persen. Anies- AHY: 14.9 persen.
Tapi masyarakat dengan pendapatan Rp 2 juta/bulan ke atas paling banyak memilih Ganjar – Sandi: 37. 8 persen. Yang memilih Prabowo - Gibran 35.0 persen. Anies- AHY: 14.9 persen.
Dari sisi pemeluk agama, Prabowo – Gibran unggul di pemilih Islam. Mereka dipilih oleh 39.7 persen. Sedangkan Ganjar - Sandi: 31.0 persen. Anies - AHY: 17.7 persen.
Sebaliknya, di kalangan pemilih non-Islam unggul Ganjar – Sandi: 50.0 persen. Prabowo- Gibran 31.1 persen. Anies- AHY: 17.7 persen.
Kalangan minoritas menjadi titik lemah Prabowo - Gibran. Di segmen ini, mereka kalah telak dari Ganjar - Sandi dengan selisih 18.9 persen.
Bagaimana distribusi dukungan di lima provinsi terbesar?
Di Jawa Barat dan Banten, Prabowo – Gibran unggul.
Di Jawa Tengah dan Sumatera Utara Ganjar – Sandi unggul.
Di Jawa Timur Ganjar – Sandi unggul tipis (1.5%) dari Prabowo – Gibran.
Dari sisi pulau, di luar Jawa (Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali-NTB-NTT, Maluku – Papua) keunggulan milik Prabowo – Gibran.
Di Jawa keunggulan milik Ganjar – Sandi.
Dari lima pulau, Prabowo – Gibran unggul di empat pulau, Ganjar – Sandi unggul di satu pulau.
Dari segmen pemilih partai, Prabowo – Gibran unggul di pemilih Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat, PAN, dan PPP.
Ganjar – Sandi unggul di pemilih PDIP.
Anies – AHY unggul di pemilih Nasdem dan PKS.
Dari sisi gender, Prabowo – Gibran unggul baik di pemilih laki-laki maupun di pemilih perempuan.
Data mengenai elektabilitas di aneka segmen itu dapat dilihat di tabel yang disertakan dalam pengantar ini.
𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝟰
𝗞𝗲𝗸𝘂𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗚𝗶𝗯𝗿𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗯𝗮𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻 𝗖𝗮𝘄𝗮𝗽𝗿𝗲𝘀 𝗣𝗿𝗮𝗯𝗼𝘄𝗼 𝗟𝗮𝗶𝗻𝗻𝘆𝗮: 𝗘𝗿𝗶𝗰𝗸, 𝗔𝗶𝗿𝗹𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮, 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗶𝗺𝗶𝗻
Popularitas Gibran paling tinggi dibandingkan Erick, Airlangga dan Muhaimin. Popularitas Gibran sebesar 66.5%. Popularitas Erick sebesar 61.8%. Popularitas Airlangga sebesar 52.3%. Popularitas Muhaimin Iskandar sebesar 43.1%
Dari sisi kesukaan, kesukaan terhadap Gibran paling tinggi dibandingkan terhadap Erick, Muhaimin dan Airlangga.
Kesukaan terhadap Gibran sebesar 82.6%.
Kesukaan terhadap Erick sebesar 77.1%.
Kesukaan terhadap Muhaimin Iskandar sebesar 62%.
Kesukaan terhadap Airlangga sebesar 57.5%.
Popularitas Gibran di Jawa Tengah paling tinggi dibandingkan Erick, Airlangga, dan Muhaimin. Di Jawa Tengah, kesukaan pada Gibran juga lebih tinggi dibandingkan kesukaan pada Erick, Muhaimin dan Airlangga.
Popularitas Gibran paling tinggi di generasi millenial (usia 22- 42 tahun). Kesukaan terhadap Gibran juga paling tinggi di generasi Z (usia 17-21 tahun).
Asosiasi Gibran dengan Presiden Jokowi tentu menjadi sebuah keunggulan tersendiri. Terlebih tingkat kepuasan terhadap Presiden Jokowi di angka yang sangat baik sebesar 80%.
Data detail mengenai distribusi di aneka segmen pemilih di atas, dapat dilihat dari makalah yang disertakan di lampiran.
Saat ini, usia Gibran 35 tahun. Ia lahir pada tanggal 1 Oktober 1987. Undang-Undang No 7 tahun 2017 pasal 169 huruf q, mensyaratkan usia capres maupun cawapres harus 40 tahun ke atas. Ini hambatan Gibran untuk menjadi cawapres Prabowo. Tapi UU ini sedang di gugat di MK.
Jika UU itu mengubah batas usia minimal capres dan cawapres menjadi 35 tahun, maka Gibran secara hukum potensial menjadi satu satunya cawapres dari generasi milenial.
Berikut merupakan keunggulan komparatif utama aneka cawapres Prabowo, dari Gibran hingga Muhaimin.
Keunggulan Gibran Rakabuming Raka adalah, ia lebih dikenal dan lebih disukai. Ia juga kuat di Jawa Tengah sebagai basis utama Ganjar, kokoh di generasi Z dan Millenial, dan terasosiasi kuat dengan ayahnya: Presiden Jokowi yang saat ini sangat populer.
Keunggulan komparatif Airlangga Hartarto adalah kompetensinya soal isu ekonomi yang kini sangat penting. Airlangga juga ketua umum partai terbesar kedua: Golkar.
Keunggulan komparatif Erick Thohir adalah kompetensinya di dunia usaha selaku entrepreneur. Erick juga memiliki sumber dana yang kokoh.
Keunggulan Komparatif Muhaimin Iskandar adalah Ketua Umum partai berbasis Islam terbesar: PKB. Ia juga terasosiasi dengan NU dan provinsi Jawa Timur.
Per Juli 2023, siapapun cawapres Prabowo di antara Gibran, Erick Thohir, Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar, elektabilitas pasangan ini masih di atas pasangan lain.
-000-
Satu-satunya penghambat Gibran Rakangbumi Raka untuk menjadi cawapres hanyalah ketentuan undang - undang soal batas umur. Jika Mahkamah Konstitusi mengabulkan tuntutan mengubah batas minimal usia ke 35 tahun untuk Capres dan Cawapres, maka matahari baru bersinar untuk Gibran.
Empat kekuatan utama Gibran jika UU meloloskannya.
𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮, ia satu - satunya wakil dari generasi milenial dalam pertarungan pilpres Indonesia tahun 2024. Kini generasi millenial dan generasi Z (yang punya hak pilih), jumlahnya 47.7 persen!
𝗞𝗲𝗱𝘂𝗮, Gibran juga paling terasosiasi dengan Jokowi yang approval ratingnya (tingkat kepuasan publik) sangat tinggi yakni 80 persen. Gibran yang paling terkena “Jokowi Effect”. Ini tak hanya menguntungkan Gibran, tapi juga menguntungkan Prabowo.
𝗞𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮, Gibran berasal dari Jawa Tengah. Ini wilayah kemenangan Ganjar Pranowo yang terbesar. Justru di situlah Gibran akan memecah suara Ganjar, yang kini menjadi saingan terdekat Prabowo.
Keempat, Prabowo kini didukung oleh tiga partai parlemen. Masing- masing memiliki cawapresnya sendiri. Golkar memajukan Airlangga Hartarto. PAN mendahulukan Erick Thohir. PKB untuk Muhaimin Iskandar.
Dengan tampilnya Gibran, ia bisa menjadi tokoh kompromi. Cawapres tidak dipilih dari partai pendukung, tapi dari luar. Ini point kuat Gibran berikutnya.
Tapi bukankah Gibran dari PDIP? Tidakkah ini menyalahi etika politik? Jawabnya sederhana: kesetiaan pada panggilan tugas negara lebih tinggi nilainya dibandingkan kesetiaan pada partai politik.
Bukankah Sandiaga Uno melakukan hal yang sama? Dari Gerindra kini Sandiaga Uno pindah ke PPP, melawan capres dari partai Gerindra, yang dulu juga partainya sendiri.
Pendaftaran Pilpres akan terjadi pada tanggal 19 Oktober 2023 - 25 November 2023. Tersedia tiga bulan waktu tersisa sejak saat ini untuk menjawab pertanyaan itu: apakah Gibran satu satunya wakil dari generasi milenial yang sah menjadi cawapres di 2024, atau tidak sama sekali.
***
Data detail tentang isu di atas dapat didownload di SINI.