Ganjar Harimansyah, Kepala Balai Bahasa Sulsel Bawakan Kuliah Umum di UNM
PUSTAKAWANMENULIS.COM - Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Sastra menggelar kuliah umum bertajuk Bahasa dan Etika Inklusif dalam Ruang Publik Selasa, 30 Januari 2024. Berkembangnya media massa dan media sosial bukan menjadi sebuah alasan untuk mengabaikan bahasa-bahasa yang memerdulikan kesantunan dan etika dalam berkomunikasi atau berkomentar. Maraknya kasus pelecehan verbal dan pencemaran nama baik menjadi sebuah bukti kebebasan penggunaan bahasa.
Selain itu, keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional terkadang diabaikan oleh pengguna bahasa Indonesia. Kita ketahui bersama, bahwa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melakukan kampanye trigatra bangun bahasa yakni utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasa bahasa asing sebagai fondasi bagi masyarakat penggunaan bahasa akan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia.
Pada sesi pembukaan Kuliah Umum tersebut, Usman dalam sambutannya menyampaikan “Jurusan bahasa Indonesia hadir bukan hanya sebagai pencetak guru bahasa Indonesia akan tetapi menjadi garda terdepan pelindungan dan pengembangan bahasa Indonesia”.
Lebih lanjut, Usman sebagai Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNM menitipkan harapan kepada mahasiswa yang notabene menjadi pemegang tongkat estafet bagi keberlangsungan Bahasa dan Sastra Indonesia.
"Saya menitipkan harapan bagi ananda mahasiswa agar tetap menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah kita dari ancaman-ancaman yang setiap saat dapat merongrong bahasa kita”.
Mengawali pemberian materi Kuliah Umum, Ganjar Harimansyah menyosialisasikan Duta Bahasa kepada mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ganjar yang juga, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan tersebut juga memboyong dua Duta Bahasa ke Kampus FBS UNM.
"Duta Bahasa merupakan generasi muda mitra pembinaan kebahasaan dan kesastraan yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia dan pelestarian bahasa daerah, serta memiliki kemampuan berbahasa asing untuk meningkatkan peran bahasa Indonesia di tingkat internasional," terangnya.
Karenanya, Ganjar Harimansyah berharap mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia mengambil peran pada kegiatan penyeleksian Duta Bahasa yang diadakan setiap tahun, sekaligus ikut menyosialisasikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Duta Bahasa.
Materi yang disampaikan pada Kuliah Umum tersebut sangat menarik dan sesuai dengan kondisi bahasa saat ini. Pada salindia yang ditayangkan, Ganjar menyampaikan bahwa dalam ruang publik, bahasa dan etika inklusif sangat penting dan harus dijaga untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka bagi semua orang.
"Ruang publik dapat berupa media sosial, forum daring (online) atau tempat-tempat fisik seperti taman dan kafe. Dalam ruang publik, bahasa dan etika inklusif sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka bagi semua orang," jelasnya.
Beberapa poin penting disampaikan Ganjar dalam hal praktik bahasa dengan etika inklusif, diantaranya menghindari stereotip, penggunaan bahasa netral gender, menghormati preferensi nama dan kata ganti (pronoun), mengenali keberagaman budaya, dan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti secara umum. Ganjar menambahkan bahwa bahasa memainkan peran penting dalam persepsi mitra tutur/pemirsa terhadap konten komunikasi individu, perusahaan, lembaga, atau organisasi.
Sebelum mengakhiri materinya, Ganjar menyampaikan bahwa bahasa memiliki dua potensi dalam komunikasi di ruang publik, yakni memengaruhi dan memotivasi.
Pada sesi terakhir, ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNM. Kembong Daeng menitipkan harapan kepada mahasiswa, "kepada anandaku semua, semoga kegiatan ini dapat memberi stimulant demi kelestarian bahasa Indonesia dan bahasa daerah kita”.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Kembong Daeng berharap agar kerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan tetap berlanjut.
“Mari membangun sinergi, menjalin kerja sama yang kuat. Kita mempunyai tujuan yang sama, menjaga dan melestarikan bahasa,” pungkas Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNM ini. (ed)