Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jejak Langkah Idwar Anwar


PUSTAWANMENULIS.COM - Idwar Anwar, S.S., M. Hum, lahir di Palopo, 6 Oktober 1974. Beliau menyelesaikan pendidikan terakhirnya di fakultas Sastra yang sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Hasanuddin. Idwar Anwar Merupakan seorang penulis yang pertama kali melalukan penulisan ulang tentang Epos La Galigo ( Epos terpanjang dan terbesar di Dunia ) dan menjadi Novel Populer sebanyak 12 jilid. Beliau juga merupakan orang yang pertama kali membuat Ensiklopedia Sejarah Luwu dan Ensiklopedia Kebudayaan Luwu. Beliau juga menjadi pelopor sekaligus orang yang pertama kali menjadi orang yang menulis/menyusun dan menerbitkan Buku Muatan Pelajar Lokal (Mulok) Sejarah Dan Kebudayaan Luwu Untuk tingkat SD, SMP Dan SMA. Buku ini dipelajari Di Sekolah yang berada di Tana Luwu (Palopo, Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur) Sejak 2008. 

Idwar Anwar menempuh pendidikan di SDN 77 Palopo, SMPN 3 palop, SMAN 2 Palopo Serta Merantau Ke Makassar untuk melanjutkan pendidikan terakhirnya (Kukiah) di Universitas Hasanuddin Fakultas Bahasa dan Sastra yang kini berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB). 

Sejak Masa kecil Beliau sudah terbiasa membantu ibunya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, dikarenakan ayahnya sudah lama tiada dan keterbatasan ekonomi yang di alami keluarganya. Beliau juga sempat bercerita pada kami ketika mengajar di kelas kami bahwa Beliau Kuliah dengan hasil kerja beliau sendiri, yang pekerjaan apapun beliau lakukan demi melanjutkan pendidikan terakhirnya, Beliau juga gemar membaca buku, Kecintaan Beliau pada buku, ia sering mencuri buku dari perpustakaan sekolah, meskipun demikian buku buku tersebutlah yang menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan baginya.

Beliau Juga gemar membaca buku namun buku yang ia baca yaitu buku yang di luar kurikulum pendidikan, beliau membaca gemar membaca buku tersehut sejak usia muda dan menunjukkan bakat menulis yang membuktikan bahwa tulisannya hisa di publikasikan. 

Sampai saat masa ospek, Idwar merupakan anak yang sangat pemalu, bahkan untuk berdiri di depan teman-teman saja ia gemetar tak karuan. Tetapi, ia sadar ia tidak bisa menjadi pemalu seumur hidupnya. Ia menyadari bahwa tidak bisa terus menjadi pemalu sepanjang hidupnya. Beliau bercerita pada kami bahwa Beliau mengingat betul, bahwa ia sempat memberikan sambutan saat masa orientasi di panggung mengenakan sarung, yang membuat teman-temannya tertawa. Dengan kepercayaan diri tersebut, ia semakin bertumbuh dan mulai menjalin hubungan dengan orang orang yang berpengaruh.

Beliau juga sempat bercerita bahwa beliau menerbitkan kumpulan puisi miliknya sendiri dan kemudian menjualnya untuk mendapatkan kembali modalnya. Tanpa disangka, Rektor Unhas saat itu menempatkan karya tipis Idwar di antara buku-buku tebal miliknya. Tak hanya itu, ia juga dikenal sebagai pemrakarsa dan pelopor Buku Pelajaran Muatan Lokal (Mulok) Sejarah dan Kebudayaan Luwu untuk tingkat SD, SMP, dan SMA. Buku ini telah dipelajari di sekolah yang ada di Tana Luwu, termasuk Palopo, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur, sejak tahun 2008. Mantan Ketua Gerakan Sayang Buku dan Ibu Suka Membaca (GERSAKUISME) Kota Palopo ini telah memberikan sumbangsih yang besar dalam mengenalkan dan melestarikan sejarah serta kebudayaan Luwu melaelui pendidikan formal.

Jejak Langkah Idwar Anwar
Idwar Anwar

“Bagi saya, ini adalah hutang kultural. Saya lahir di Kabupaten Luwu tetapi tidak bisa memberikan apa-apa, hanya ini kemampuan yang bisa saya berikan,” ucapnya.

- Idwar Anwar

Pendiri Media Online Arung Sejarah ini meneruskan pengabdiannya menjadi penulis pertama yang melakukan penulisan ulang Epos La Galigo, salah satu Epos terpanjang dan terbesar di dunia dan menjadi novel populer sebanyak 12 jilid.

Menurutnya, La Galigo terlalu sulit untuk dipahami oleh kaum muda. Ceritanya yang tidak memiliki karakter kuat juga menjadikannya sulit dicerna. Idwar ingin mahakarya itu dapat dengan senang diterima oleh masyarakat, khususnya para pemuda masa kini. 

Catatan kaki juga dimanfaatkan Idwar untuk memperjelas bagian yang mungkin susah diartikan. Bukan hanya sebagai pemberi arti, ia ingin catatan kaki itu menjelaskan dengan detail sehingga pembaca dapat membayangkan dan menafsirkannya dengan benar.

Adapun karya beliau yang gemilang adalah Buku Ensiklopedi Sejarah Luwu, Buku Ensiklopedia Kebudayaan Luwu, dan trilogi novel La Galigo yang memukau. Novel La Galigo terbagi menjadi tiga jilid, yaitu: Jilid I: La Galigo: Turunnya Manusia Pertama, Jilid II: La Galigo: Mutiara Tompoq Tikkaq, dan Jilid III: La Galigo: Lahirnya Kembar Emas. Pembagian ini didasari oleh ketebalan luar biasa dari setiap jilidnya. Buku Ensiklopedi Sejarah Luwu memiliki ketebalan xiv + 656 halaman, sedangkan Ensiklopedia Kebudayaan Luwu memiliki ketebalan xviii + 479 halaman. Novel La Galigo di sisi lain, terbagi menjadi tiga jilid: Jilid I setebal x + 310 halaman, Jilid II setebal vii + 342 halaman, dan Jilid III setebal viii + 246 halaman.

* Penulis bernama Disa Septianengsih, Akrab di panggil Disa. Sekarang saya menempuh Pendidikan di Universitas Negeri Makassar, Fakultas Bahasa dan Sastra Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Atas kebijakan redaksi, Tulisan ini tidak dilakukan pengeditan.