Dr. Ganjar Harimansyah, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra: Merefleksi Gerakan Literasi di Tengah Tantangan Perubahan Zaman
PUSTAKAWANMENULIS.COM - Dr. Ganjar Harimansyah, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenristek), memapakarkan bagaimana sesungguhnya kondisi literasi di Indonesia saat ini. Hal ini diuraikan dalam kegiatan Praktik Baik Literasi, Pelaporan, dan Evaluasi Pelaksanaan Program Penerima Bantuan Pemerintah Tahun 2024 yang digelar Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Sabtu (21/12/2024) di Ball Room The Sultan Hotel Jakarta.
Ganjar yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan menguraikan lebih jauh, bahwa TAKRIF LITERASI, tidak sekadar keterampilan baca-tulis, tetapi perihal keterampilan hidup.
"Saat ini definisi literasi telah berkembang menjadi konsep yang lebih komprehensif dan multidimensional meliputi berbagai aspek kemampuan intelektual, sosial, dan teknologi." tuturnya.
Lebih jauh Ganjar memaparkan bahwa literasi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, mencipta, mengkomunikasikan, dan menghitung menggunakan bahan cetak dan tertulis yang terkait dengan berbagai konteks.
Pun menurutnya, OECD atau Organisation For Economic Co-operation and Development membuat defenisi bahwa literasi merupakan kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, menggunakan, dan terlibat dengan teks tertulis untuk berpartisipasi dalam masyarakat, mencapai tujuan pribadi, dan mengembangkan pengetahuan dan potensi seseorang.
Dr. Ganjar Harimansyah, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra bersama Idwar Anwar, Pegiat Literasi yang juga dikenal sebagai sejarawan. |
Berdasaran beberapa definisi tersebut, imbuhnya, pemahaman tentang literasi yang semakin berkembang menjadikan, gerakan literasi juga kian menghadapi tantangan yang besar pula.
"Terlebih jika merujuk pada data indeks literasi Indonesia yang masih sangat rendah. Tentu ini menjadi tantangan yang harus dijawab dengan program dan langkah-langkah strategis demi meningkatkan indeks literasi masyarakat Indonesia," terang penerima Penghargaan Pegawai Berprestasi Terbaik I di Kemendikbudristek untuk kategori PNS selain Jabatan Fungsional Dosen ini.
Ganjar juga menguraikan yang disebutnya TANTANGAN “KLISE” gerakan literasi, seperti Keterbatasan jumlah, akses, dan mutu bahan bacaan yang berkualitas; Keterbatasan fasilitas pendukung literasi di ruang publik; dan Sinergisme dalam jejaring komunitas penggerak asih terjadi di Indonesia.
"Aktivitas literasi membaca (Alibaca) tingkat nasional berada pada kategori rendah. Hal ini dipengaruhi antara lain dimensi akses terhadap bacaan dan dimensi budaya (kebiasaan: membaca) yang masih rendah. Berdasarkan data, penduduk Indonesia usia lima tahun ke atas yang mengunjungi perpustakaan hanya sekitar 13,02%," terangnya.
Kondisi ini terlhat dari survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 Tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara itu berada di nomor 62.
Kondisi ini, jelas Ganjar, sangat memprihatinkan. Olehnya itu, tambahnya, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan indeks literasi masyarakat Indonesia, salah satunya melalui berbagai program-program yang dilakukan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra.
Program Gerakan Literasi yang terus-menerus digalakkan, terutama pada Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Masyarakat, Gerakan Literasi Keluarga, Satu Guru Satu Buku, Gerakan Literasi Baca Tulis dan Gerakan Literasi Budaya.
Dalam materi yang dipaparkan berjudul: Hakikat Literasi, Merefleksi Gerakan Literasi, Ganjar Harimansyah mengurai satu persatu Program Gerakan Literasi yang telah dan akan terus dilaksanakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra.
"Gerakan ini tentunya akan terus dikembangkan dan disesuaikan kebutuhan dan perkembangan zaman. Tentu kita akan terus berinovasi untuk terus meningkatkan Indeks Literasi Masyarakat Indonesia, bukan hanya sekedar angka-angka, akan tetapi benar-benar nyata terjadi di masyarakat," pungkasnya. (ed)